Wahai Cinta
Saat aku termenung
memikirkan wajahmu,
bertatapan dengan wajah dia.
bertatapan dengan wajah dia.
Dalam kesendirianku,
merangkai ranting-ranting
yang patah tanpa cahaya.
merangkai ranting-ranting
yang patah tanpa cahaya.
Pikirku tersiksa dalam
rindunya,
dan benci karena tiada.
dan benci karena tiada.
Dalam rangkaian rindu
datang,
bersamaan malam menyelimuti keberadaanku.
Sebatang pohon yang kering dalam gelap,
dimana hujan tidak pernah kunjung datang.
bersamaan malam menyelimuti keberadaanku.
Sebatang pohon yang kering dalam gelap,
dimana hujan tidak pernah kunjung datang.
Seperti seorang raja
yang merindukan anggur dan ratunya.
yang merindukan anggur dan ratunya.
sekejap mata,
aku bisu memikirkanmu.
aku bisu memikirkanmu.
Wahai hujan,
Tengoklah aku,
Tengoklah aku,
Jika cinta memang tidak
sanggup melihatku,
kenapa kamu hanya menari diatas pipiku.
kenapa kamu hanya menari diatas pipiku.
Apakah ini nasehat yang
kamu maksud?
Menikmati anggur cinta merangkainya kembali utuh,
menaburkan benih dan air mata...
(...)
Menikmati anggur cinta merangkainya kembali utuh,
menaburkan benih dan air mata...
"Eka Dhartra" 28 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar